Kamis, 25 Juli 2013

Praktik Lapangan !!!

Dari 3 hari yang lalu tuh, aku sama Khansa Dhea ikut bimbingan kebumian. Yang bimbing kita itu Pak Akmal dari UGM. Di hari terakhir, kita langsung praktek lapangan.

Banyak yang kita temui di Gorontalo ini; khususnya daerah agak ke teluk tomini alias pantai selatan gorontalo.

Pertama-tama naik dulu ke Gedung Gubernur yang jauh diatas bukit. Darisana, Gorontalo keliatan semua; rumah-rumah, sungai, bukit-bukit dan persawahan. Disitu kita dijelasin kalo cekungan Gorontalo ini hasil dari banyak sesar turun. Jadi, Gorontalo ini seperti kumpulan graben. Buktinya, diseluruh bukit yang kelihatan dari Gedung Gubernur itu terbentuk triangular facet. 
Sungai besar yang kita lewati waktu mau naik ke gedung gubernur juga kelihatan jelas. Ternyata, sungai itu adalah sungai stadia tua yang dicirikan oleh kelokan-kelokan alias meandering akibat banyaknya gosong tepi dan gosong tengah. Tapi sayangnya nggak ada natural leeves disana.

Abis liat sungai, aku sama Dhea deketin dinding-dinding kantor gubernur yang retak-retak. Tiangnya aja keangkat gede banget. Pantesan lagi dibenerin. Selain itu, retakan juga ada dilantainya; panjang banget. Lantainya agak miring pula. Kenapa sih harus bikin gedung di tanah aktif gitu? Rugi kan, harus dibenerin lagi dan lagi. Ada gempa aja ntar bisa runtuh.. Lain kali hubungilah ahli geologi sebelum membangun sesuatu. Hhehehe... :)

Terus kita menepi ke gawir besar dideket tempat perhentian helikopter gubernur. Warna batuan di gawir itu udah agak kusam karena pelapukan; makanya kita palu dulu biar liat warna aslinya. Warnanya putih dan mengandung patahan cangkang kerang jadul. Apalagi kalo bukan karbonatan? Karena menduga seperti itu, potongan batuan yang kita ambil ditetesin HCL. Yoay, ngejoss alias bereaksi. Berarti emang karbonatan!
Dari cangkangnya juga ketahuan, sih.

Karena hari menggelap gara-gara mau hujan-padahal masih jam 2-, kita menjauh dari gawir itu. Eh malah nemuin batuan banyak dideket pasir-pasir yang bakal dipake tukang-tukang. Batuan itu emang sisa saringan para tukang. Tapi nyatanya banyak macam batuan disana, dari batuan beku, sedimen, dan metasedimen. Meski gak ada metamorf sih..
Gak apa-apalah, akhirnya kita nentuin mineral-mineral dari batuan beku yang kita temuin; kayak granit biotit, andesit, diorit. Sedimennya palingan batupasir, batulempung. Metasedimennya (batuan metamorf yang berasal dari batuan sedimen, masih menyisakan stuktur sedimennya karena metamorfisme tidak sempurna) dapet dua doang. Semua batuan itu melingkar, bukti kalo pasir dan batuan-batuan ini diambil dari sungai.

Selesai dari gedung gubernur yang ada diatas bukit kita pergi lagi kebawah. Kita nemuin goresgaris, dan kekar. Dari goresgaris itu bisa diketahui arah pergerakan sesarnya. Cuma, yang belum kita ketahui itu, gawir didepan kita yang naik atau malah dia yang turun. Disitu kita dijelasin tentang teori idung :D, kemana lubang itu menghadap maka kesanalah 'arah gerak gawir' didepan gawir yang kita liat. Batuan yang ada gores-garisnya ini batuan beku alias diorit. Darisitu kita bisa tau kalau daerah tersebut pernah diintrusi magma, bukti kalau dulunya di gorontalo ada gunung api. Wajarlah, kan gorontalo deket sama pertemuan 3 benua; eurasia, philipin, pasifik. Ohya, kekar yang kita temui jenis realease (tegak lurus arah gaya yang mengenainya).

Abis merhatiin bukti sesar tadi, kita melaju ke daerah deket pelabuhan. Kita bertemu sama sisa lahar yang membeku. Buktinya, ada pencampuran antara batuan bongkah sampe pasir. Kalo pasirnya banyak alias matriknya banyak (fragmen cukup terpisah), berarti air yang membawanya juga lebih banyak. Kita juga ketemu perlapisan dengan gradasi keren; (dari bawah ke atas) ukuranbatuansebolatakrawyangagaktebel-ukuransekitaranbongkahkecilyangagaktebel-pasirbeberapacenti-kerikilbeberapacenti-pasirbeberapacenti-kerikilbeberapacenti-pasirbeberapacenti-bongkahgedesekitar2meter. Artinya, kalo gradasinya berantakan begitu, pengendapannya tidak berurutan alias ada perhentian pengendapan sementara untuk tiap jenisnya. Selain itu, perlapisan pasir-kerikil yang berurut itu bukti kalo tempat itu pernah jadi sungai dulunya. Soalnya ada sisa-sisa silangsiur juga meski kurang jelas. Ohya, arti letak lahar itu bisa jadi tempat tersebut nggak jauh dari mulut gunung api jadulnya. Banyak tuff dan lapili pula.

Nggak jauh darisana kita nemuin lava yang lebih grain supported daripada lahar. Terus sekitaran 3 kilometer dari pelabuhan ada gawir berisi full terumbu; dari terumbu tanduk sampe terumbu otak. Kita ambil sampelnya buat kenang-kenangan :) . Bahkan ada juga fosil kerang raksasa -lebai- segede keduatelapaktanganku disatuin panjangnya. Ada yang masih dua katup juga lagi. Wah... pokoknya cool liatnya!

Karena udah ashar, sebelum balik ke sekolah (yang akhirnya malah buka puasa di Den Bagoes di traktir ustadz Budi; thanks ustadz!) mampir dulu ke masjid. Ada sedikit insiden tapi yaaa pengalaman aja deh. Hehe..

Baju basah abis gerimis-gerimisan ngamatin batu terbayar di Den Bagoes dengan ayam penyetnya. Untung ada penjual martabak telor, jadi bisa beli sesuatu buat dimakan diasrama.

Akhirnyaa... pulang; nganter Pak Dosen ke hotel sambil sekalian pamitan, sampe di asrama pas iqomah isya berkumandang.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar